Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Sunday, April 27, 2008

Opini tentang pemberitaan Pembubaran KPK

Notes: opini hanya bersifat pribadi dan tidak ditujukan khusus pada berita di bawah ini. Pemuatan berita di bawah ini hanya mewakili dari sekian berita yang ada secara acak.
Opini merupakan wacana komunikatif perbincangan di media mailing-list. Terimakasih.

http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=167941

Sabtu, 26 April 2008 20:31 WIB
Pembubaran KPK Merupakan Kejahatan Legislasi
Reporter : Kennorton Hutasoit

JAKARTA--MI: Pernyataan anggota Fraksi Partai Demokrat (F-PD) DPR Ahmad Fauzi yang meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar dibubarkan dinilai sebagai serangan balik DPR terhadap KPK.

DPR yang antikorupsi harus segera melokalisasi wacana tersebut agar nasib KPK tidak sama seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) atas desakan DPR yang punya semangat koruptor pada 2002 lalu.

"DPR yang antikorupsi harus memberi sanksi, paling tidak teguran terhadap DPR yang menginginkan pembubaran KPK. Ini harus cepat diatasi agar wacana pembubaran KPK tidak meluas, sebab kalau terjadi pembubaran KPK seperti nasib KPKPN, ini merupakan kejahatan legislasi," kata pakar Hukum dari Universitas Gajah Mada Denny Indrayana di Jakarta, Sabtu (26/4).

Denny mengatakan selama ini juga sudah ada upaya untuk membubarkan KPK dari kalangan DPR yang punya semangat koruptor.

Menyikapi itu, ujar Denny, DPR yang antikorupsi harus menegur anggota dewan yang punya semangat koruptor dan menyingkirkannya.

"Saya yakin masih ada anggota DPR yang antikorupsi. Sebaiknya mereka melaporkan anggota dewan yang punya semangat koruptor ke KPK dan dipisahkan dari DPR yang punya semangat antikorupsi," katanya. (KN/OL-2)


© PPIA-JCU

Thursday, March 06, 2008

Yansen: Australian Alumni Award (perdebatan)

yansen thoha for ppia-jcu@yahoogroups.com Feb 2008 wrote:

Hi,

Cuma buat info aja. Beberapa waktu yang lalu, Australian Embassy Jakarta memberikan penghargaan kepada para alumni perguruan tinggi di Australia di Indonesia. Even ini dinamakan Australian Alumni Award. Ini adalah tahun pertama dan mungkin akan dilanjutkan tahun-tahun berikutnya. Tentu ini positif sekali untuk memberikan dukungan bagi alumni-alumni yang berhasil diberbagai bidang. Penghargaan ini pun dibagi beberapa kategori bidang. Setelah diumumkan, para pemenang memang orang-orang yang mumpuni di bidang masing-masing. Sebut saja Dr. Boediono (Menko perekonomian) , yang S1-nya di UWA under Colombo Plan, Dr. Kusmayanto Kardiman (Menristek), dan vice-chairman Group Lippo (sorry, lupa namanya). Tapi, disinilah muncul masalahnya. Di mailing list alumni terjadi perdebatan yang dimulai dari anggapan bahwa Award ini terlalu eksklusif. Menurut sebagian alumni, adalah pencapaian yang tinggi sekali jika ingin mendapatkan award ini harus selevel dengan para penerima tahun pertama ini, yang notabene ketenarannya sudah global scope. Bahkan ada yang menilai award ini terlalu politis, karena ingin menunjukkan peran besar pendidikan Australia terhadap social economic development di Indonesia. Ada juga yang mengusulkan perbaikan kriteria dan indikator, dan bahkan mekanisme pemilihan. Kemudian, muncul beberapa tanggapan balik dari para official even, bahwa acara ini memang dirancang untuk memotivasi para alumni untuk berbuat sampai puncak pencapaian. Dan tentu terbuka kemungkinan bahwa alumni yang berkualitas tidak terpilih karena tidak dinominasikan. Karena itu penyelenggara juga terbuka untuk perbaikan ke depan.

So, what is the point. Kalau saya sendiri memandang bahwa besarnya peluang yang diberikan untuk studi di Australia dan banyaknya program internasional untuk pelajar-pelajar biaya sendiri dari Indonesia, memang memberikan dampak besar bagi Indonesia. Setelah era 80-90an, sebagian besar mahasiswa Indonesia belajar ke Amerika, kini kiblat Indonesia bergeser ke Australia (mungkin). Bagi pelajar dengan biaya sendiri, Australia adalah tujuan yang baik: pendidikan dengan kualitas internasional dengan biaya lebih rendah ketimbang Amerika dan Eropa. Dan juga, lebih mudah pulang kampung. Bagi kita yang mengandalkan fellowship ("thanks to fellowship, I got my first car"), ya lebih banyak peluang. Intinya, ya mari kita manfaatkan kesempatan yang telah diberikan ke kita untuk mencapai ultimate achievement tadi, yang kemudian menjadi puncak pengabdian kita bagi Indonesia.

Cheers,

Yansen

© PPIA-JCU