Thursday, March 06, 2008

Yansen: Australian Alumni Award (perdebatan)

yansen thoha for ppia-jcu@yahoogroups.com Feb 2008 wrote:

Hi,

Cuma buat info aja. Beberapa waktu yang lalu, Australian Embassy Jakarta memberikan penghargaan kepada para alumni perguruan tinggi di Australia di Indonesia. Even ini dinamakan Australian Alumni Award. Ini adalah tahun pertama dan mungkin akan dilanjutkan tahun-tahun berikutnya. Tentu ini positif sekali untuk memberikan dukungan bagi alumni-alumni yang berhasil diberbagai bidang. Penghargaan ini pun dibagi beberapa kategori bidang. Setelah diumumkan, para pemenang memang orang-orang yang mumpuni di bidang masing-masing. Sebut saja Dr. Boediono (Menko perekonomian) , yang S1-nya di UWA under Colombo Plan, Dr. Kusmayanto Kardiman (Menristek), dan vice-chairman Group Lippo (sorry, lupa namanya). Tapi, disinilah muncul masalahnya. Di mailing list alumni terjadi perdebatan yang dimulai dari anggapan bahwa Award ini terlalu eksklusif. Menurut sebagian alumni, adalah pencapaian yang tinggi sekali jika ingin mendapatkan award ini harus selevel dengan para penerima tahun pertama ini, yang notabene ketenarannya sudah global scope. Bahkan ada yang menilai award ini terlalu politis, karena ingin menunjukkan peran besar pendidikan Australia terhadap social economic development di Indonesia. Ada juga yang mengusulkan perbaikan kriteria dan indikator, dan bahkan mekanisme pemilihan. Kemudian, muncul beberapa tanggapan balik dari para official even, bahwa acara ini memang dirancang untuk memotivasi para alumni untuk berbuat sampai puncak pencapaian. Dan tentu terbuka kemungkinan bahwa alumni yang berkualitas tidak terpilih karena tidak dinominasikan. Karena itu penyelenggara juga terbuka untuk perbaikan ke depan.

So, what is the point. Kalau saya sendiri memandang bahwa besarnya peluang yang diberikan untuk studi di Australia dan banyaknya program internasional untuk pelajar-pelajar biaya sendiri dari Indonesia, memang memberikan dampak besar bagi Indonesia. Setelah era 80-90an, sebagian besar mahasiswa Indonesia belajar ke Amerika, kini kiblat Indonesia bergeser ke Australia (mungkin). Bagi pelajar dengan biaya sendiri, Australia adalah tujuan yang baik: pendidikan dengan kualitas internasional dengan biaya lebih rendah ketimbang Amerika dan Eropa. Dan juga, lebih mudah pulang kampung. Bagi kita yang mengandalkan fellowship ("thanks to fellowship, I got my first car"), ya lebih banyak peluang. Intinya, ya mari kita manfaatkan kesempatan yang telah diberikan ke kita untuk mencapai ultimate achievement tadi, yang kemudian menjadi puncak pengabdian kita bagi Indonesia.

Cheers,

Yansen

© PPIA-JCU

No comments: