Inilah kabar dari seorang Yansen yang sempat cemas.... Semoga bisa balik lagi ke Tsv, mate!
---
Dear all,
Maaf baru sempat kirim kabar setelah pulang, maklum internet masih barang langka di negeri tercinta.
Alhamdulillah kepulangan saya dan keluarga lancar-lancar saja. Sekali lagi terima kasih kepada rekan semua yang telah melepas kepulangan kami layaknya keluarga. Alhasil, kami pun tak perlu masak di hari-hari terakhir. Jazakillah untuk Pak Hasbi dan Pak Halmar yang telah mengundang makan. Terima kasih tak terhingga juga kepada Pak Coco/Bu Eva, Pak Hasbi, Pak Parjiono sekeluarga, Gustaf, Dian dan Irwan yang telah bersedia membuka mata di subuh gulita untuk mengantarkan kami sekeluarga ke bandara.
Ketika akan berangkat dari Townsville, hujan cukup deras, sehingga pesawat pun menunggu di bandara sekitar 10 menit untuk take off. Tapi, alhamdulillah kami tidak terlalu buru-buru ketika pindah ke Singapore Airlines. Fadhil pun bersikap sangat kooperatif, tidak seperti biasanya. Ia tertidur selama perjalanan ke Brisbane, 2/3 perjalananan ke Singapura dan tertidur kembali dari Singapura ke Jakarta. Jam 6 sore kami pun sudah menghirup udara Jakarta dan mencobai toilet Soekarno Hatta yang khas pesing-nya.
Sampai di Indonesia, kami disambut oleh berita hilangnya Adam Air penerbangan Surabaya-Manado, yang hingga saat ini belum diketemukan. Walaupun hal tersebut dipengaruhi buruknya cuaca, tapi tetap menjadi evaluasi bagi dunia transportasi kita yang seringkali mengabaikan keselamatan penumpang. Berita ini cukup membuat deg-degan karena akan menggunakan jalur udara untuk pulang ke Bengkulu. Tapi, BMG mengatakan cuaca yang sangat buruk hanya terjadi di wilayah timur Indonesia, sedangkan wilayah barat tidak terlalu parah.
Setelah beberapa hari di Jakarta, kami pun pulang ke Bengkulu pada Hari Kamis dengan menumpang maskapai Sriwijaya Air. Cuaca terlihat tidak begitu bersahabat, awan columbus nimbus yang tebal dan hitam menutupi langit. Akhirnya kecemasan menyergap ketika pilot mengatakan belum bisa mendarat di Bandara Fatmawati Bengkulu dan akan menunggu 5-10 menit. Kami pun berputar-putar di atas Samudera Indonesia. Bayangan tentang tragedi pun menyelinap. Setelah berputar sekitar 20 menit, sang pilot akhirnya memutuskan untuk menuju Palembang. Jadilah kami Peter Pan yang bertamasya di awan gelap dari pantai barat ke pantai timur Sumatera. Alhamdulillah kami selamat mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Setelah menunggu selama tiga jam, kami diterbangkan lagi ke Bengkulu dan selamat sampai di tujuan.
Demikian sedikit cerita perjalanan pulang keluarga kami. Sekali lagi kami berterima kasih atas persahabatan dan persaudaraan selama di Townsville. Semoga berjumpa lagi di lain waktu.
Salam dari Bengkulu.
Yansen, Gusriyanti dan Laksa Fadhil
Tuesday, January 09, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment